ADSENSE HERE!
Jam dua dinihari baru tidur,
paginya disuruh ke luar kota. Empat jam dibelakang kemudi full konsentrasi di
toll cikampek padat gersang yang rawan tabrakan beruntun plus disamping bos
harus tanggap dan bersikap manis saat dikritik keras. Kurang tidur mata perih,
alhamdulillah selamat.
Sorenya ingin sekali cepat-cepat
mandi, makan dan istirahat. Tiba di rumah ada tangisan. Putriku sudah
bertahun-tahun jarang menangis. Ingin permen , saya gendong reda tangisnya
sesaat lalu meraung lagi, barang dikamarnya dilempar. Dimandikan semakin keras
menangis dan tidak mau pake baju, baju ini salah itu salah. Bundanya kesal
akhirnya saya yang menanggani.
“Dede pengennya apa?” saya
menahan amarah mencoba tetap lembut, semakin dia meraung emosi ini semakin naik,
untungnya saya tiba-tiba ingat kisah di tabloid feminim tentang kakak beradik
berebut baju dan salah satu dipukul berulang-ulang oleh ayahnya dengan bambu.
Pada malamnya anak itu demam dan meminta maaf pada ayahnya, tak lama kemudian
anak itu meninggal. Penyesalan dalam
penjara sudah tiada arti.
Putri terus saya peluk sembari
dibacakan doa, saya ingat jelas sewaktu
kecil dulu saya menangis sebelum permintaan saya dipenuhi, saya tidak akan
beranjak dari etalase toko sebelum mainan yang saya lihat dibelikan ayah dan
ibu. Ibu yang mengencangkan tali sepatu dan mengisi tempat bekal makanan yang
berwarna merah yang dibeli dari toko “MM” di Bandung dulu.
Jangan-jangan saat ini pun mereka
memiliki unek-unek dan segan memberi tahu karna anaknya sudah berkeluarga atau
mereka sakit hati namun enggan menyampaikan takut menyakiti anaknya.
Cinta orang tua sepanjang pelangi
Cinta anak seutas lidi
Anak yang sudah berkeluarga sibuk
hingga melupakan orangtua, astagfirullah.
Inikah penghalang doaku ya Allah?
Dan lebih mengerikan jika kita
termasuk orang yang sombong
Nabi kadang berhenti saat
membacakan suatu ayat saat solat, ternyata dia menangis. Padahal nabi dipilih
dipercaya Allah swt sebagai manusia contoh untuk rahmat semesta alam.
Saya, layak jadi contoh? Menata
emosi di jalan saja masih labil. Pernahkah menangis dalam doa atau taubat? atau
khusyu hanya saat menatap gadget? jika jarang bahkan tidak pernah menangis maka
termasuk orang yang sombong, mengapa? Karna merasa tak berdosa, kalaupun merasa
tapi tak menyesal dan menganggap dosa remeh/kecil.
Tangisan bukan berarti keputusasaan
Pasrah bukan menyerah
Rendah hati itu tahu diri
Beriman/percaya bahwa semesta ini
dalam genggamanNya
ADSENSE HERE!
No comments:
Post a Comment