ADSENSE HERE!
Kebanyakan manusia masa kini tak pernah lepas dari yang namanya komputer, bekerja, belajar, berkomunikasi semua menggunakan komputer.
Saat kita sedang asyik bekerja memakai komputer lalu tiba-tiba aliran listrik mati, biasanya kita berujar “aduh belum disave”, “wah ngerjain dari awal lagi deh ”. Lalu setelah listrik nyala kita “on” kan komputer lalu kita berkata “wah syukur deh datanya gak hilang”, “wah syukur deh autorecoverynya jalan”.
Pernahkan terbesit dalam pikiran saat kita tidur di malam hari lalu bangun kembali di pagihari andaikata “operating system” tubuh kita error? , atau “memory” otak kita tidak menyimpan data? .
Kita tidak dapat mengingat apa yang telah dikerjakan, pekerjaan/tugas yang harus kita selesaikan?
Pada kenyataannya tubuh kita yang canggih ini selalu bangun dan “always ready on perfect memory” kita selalu ingat kejadian/pengalaman/suka duka yang telah dilewati dan selalu siap untuk melanjutkan hidup kita selanjutnya.
Nah yang jadi pertanyaan apakah kita selalu mengucapkan syukur setiap kita bangun tidur?
Dalam islam ada doa sebelum dan sesudah tidur, bagi saya pribadi doa adalah ucapan syukur kepada Allah SWT dan harapan untuk menjadi pribadi yang lebih baik di kemudian hari.
Sebelum makan muslim berdoa atas rezeki yang Allah swt berikan, berterima kasih dan berharap apa yang dimakan Allah ridha dan menjadi berkah bagi tubuh dan hidup bukan sekedar rutinitas hewani yang tak disyukuri. Bahkan saking sempurnanya agama islam sebelum “bercampur dengan suami/istri” pun ada doanya.
Muslim dianjurkan untuk berzikir sebanyak mungkin dan mengimani dengan berzikir hati menjadi tentram. Apakah berarti selama 24 jam bibir ini komat kamit terus mengucapkan sifat-sifat Allah swt?
Bagi saya pribadi bisa dipraktekan saat kita bangun kita mengucapkan “alhamdulillah ya Allah, saya masih diberi kesempatan untuk beribadah, bekerja, beramal, bertaubat, bersedekah dst dst”, saat kita bangun dari tempat tidur “subhanallah ya Allah otak saya masih sehat dapat menjaga keseimbangan tubuh/berjalan dengan sempurna”, “Allahuakbar ya Allah, bumi ini masih sesuai dengan sunnahMu ,mentari masih bersinar hangat tidak membakar bumi, semua tumbuhan dapat melakukan fotosintesis, bakteri-bakteri masih mengurai bangkai-bangkai hingga menjadikan kompos bagi tumbuhan dst dst.”
Dalam islam bila seseorang kufur, ingkar akan nikmat yang Allah berikan maka Allah memperingatkannya dengan azab yang sangat pedih, Allah swt pun mengabarkan bahwa sedikit sekali manusia itu bersyukur dan umumnya kebanyakan mengeluh.
Saat bangun pagi bila pikiran kita diawali dengan negative mindset, selalu melihat sisi buruk maka dijamin jangankan di akhirat di dunia pun perasaan kita akan “bete”. Saat bangun misal kita berujar “dah bosen kerja gini lagi-gini lagi, dah bosen pake motor itu lagi-itu lagi, ketemu supervisor si bibir tajam tukang menyindir di depan orang banyak”.
Tapi bila kita berpikir “alhamdulillah ya indonesia tidak dilanda perang, alhamdulilah ya saya selalu selamat di jalan raya, alhamdulillah ya bulan depan bisa makan di restoran misal, bisa ganti hp misal, atau anda selalu mulia, membiayai adik-adik sekolah walau uang gaji yang anda sisihkan tak seberapa.
Jiwa yang mati, bila disodorkan pemandangan kecelakaan di depan matanya hal itu tak berpengaruh pada perasaannya, bila disodorkan dengan pemandangan orang-orang yang makan di warung-warung murah, diperlihatkan orang yang mengalami kecelakaan kerja saat membetulkan instalasi listrik misalnya, pikirannya tidak luas hatinya tidak peka.
Jangan-jangan hidupnya tak pernah sadar.
Saat kita sedang asyik bekerja memakai komputer lalu tiba-tiba aliran listrik mati, biasanya kita berujar “aduh belum disave”, “wah ngerjain dari awal lagi deh ”. Lalu setelah listrik nyala kita “on” kan komputer lalu kita berkata “wah syukur deh datanya gak hilang”, “wah syukur deh autorecoverynya jalan”.
Pernahkan terbesit dalam pikiran saat kita tidur di malam hari lalu bangun kembali di pagihari andaikata “operating system” tubuh kita error? , atau “memory” otak kita tidak menyimpan data? .
Kita tidak dapat mengingat apa yang telah dikerjakan, pekerjaan/tugas yang harus kita selesaikan?
Pada kenyataannya tubuh kita yang canggih ini selalu bangun dan “always ready on perfect memory” kita selalu ingat kejadian/pengalaman/suka duka yang telah dilewati dan selalu siap untuk melanjutkan hidup kita selanjutnya.
Nah yang jadi pertanyaan apakah kita selalu mengucapkan syukur setiap kita bangun tidur?
Dalam islam ada doa sebelum dan sesudah tidur, bagi saya pribadi doa adalah ucapan syukur kepada Allah SWT dan harapan untuk menjadi pribadi yang lebih baik di kemudian hari.
Sebelum makan muslim berdoa atas rezeki yang Allah swt berikan, berterima kasih dan berharap apa yang dimakan Allah ridha dan menjadi berkah bagi tubuh dan hidup bukan sekedar rutinitas hewani yang tak disyukuri. Bahkan saking sempurnanya agama islam sebelum “bercampur dengan suami/istri” pun ada doanya.
Muslim dianjurkan untuk berzikir sebanyak mungkin dan mengimani dengan berzikir hati menjadi tentram. Apakah berarti selama 24 jam bibir ini komat kamit terus mengucapkan sifat-sifat Allah swt?
Bagi saya pribadi bisa dipraktekan saat kita bangun kita mengucapkan “alhamdulillah ya Allah, saya masih diberi kesempatan untuk beribadah, bekerja, beramal, bertaubat, bersedekah dst dst”, saat kita bangun dari tempat tidur “subhanallah ya Allah otak saya masih sehat dapat menjaga keseimbangan tubuh/berjalan dengan sempurna”, “Allahuakbar ya Allah, bumi ini masih sesuai dengan sunnahMu ,mentari masih bersinar hangat tidak membakar bumi, semua tumbuhan dapat melakukan fotosintesis, bakteri-bakteri masih mengurai bangkai-bangkai hingga menjadikan kompos bagi tumbuhan dst dst.”
Dalam islam bila seseorang kufur, ingkar akan nikmat yang Allah berikan maka Allah memperingatkannya dengan azab yang sangat pedih, Allah swt pun mengabarkan bahwa sedikit sekali manusia itu bersyukur dan umumnya kebanyakan mengeluh.
Saat bangun pagi bila pikiran kita diawali dengan negative mindset, selalu melihat sisi buruk maka dijamin jangankan di akhirat di dunia pun perasaan kita akan “bete”. Saat bangun misal kita berujar “dah bosen kerja gini lagi-gini lagi, dah bosen pake motor itu lagi-itu lagi, ketemu supervisor si bibir tajam tukang menyindir di depan orang banyak”.
Tapi bila kita berpikir “alhamdulillah ya indonesia tidak dilanda perang, alhamdulilah ya saya selalu selamat di jalan raya, alhamdulillah ya bulan depan bisa makan di restoran misal, bisa ganti hp misal, atau anda selalu mulia, membiayai adik-adik sekolah walau uang gaji yang anda sisihkan tak seberapa.
Jiwa yang mati, bila disodorkan pemandangan kecelakaan di depan matanya hal itu tak berpengaruh pada perasaannya, bila disodorkan dengan pemandangan orang-orang yang makan di warung-warung murah, diperlihatkan orang yang mengalami kecelakaan kerja saat membetulkan instalasi listrik misalnya, pikirannya tidak luas hatinya tidak peka.
Jangan-jangan hidupnya tak pernah sadar.
ADSENSE HERE!
No comments:
Post a Comment