ADSENSE HERE!
Bila ada waktu luang, sempatkanlah duduk2 bersama dengan org yg berbeda usia dan profesi.
Kadang2 sehabis sholat berjamaah saya suka berbincang-bincang dengan pak rt, dia berusia sekitar 70an lebih, buka mata, telinga dan tutup mulut biarlah dia yg cerita masa mudanya, pekerjaanya dsb.
Waktu itu kita membahas jam dinding mushalla yg rusak, dia berkata jam itu bisa diperbaiki mesinnya ganti saja dengan merek seiko, saya senang sekali mempelajari bagaimana seseorang bereaksi tehadap masalah, kalau kita2 yg masih muda biasanya berpikir "ah jam murahan buang saja, ganti, beli baru beres". Tapi bagi pak rt yang pada masanya jam itu cukup mahal dan kualitasnya baik maka pendapatnya akan berbeda dengan kita2.
Bila kita lebih sering bergaul dengan orang yg sehobi dengan kita misal hobi ponsel, fotografi, motor, mobil dsb biasanya kita akan terus menginginkan benda yg tidak kita punya. Memang tidak salah hidup semakin sempurna dengan semakin canggihnya alat yg kita miliki, tapi ada orang yg telah menafkahi anak cucu bertahun-tahun dengan profesi yg mungkin kita jarang sadari.
Dirumah saya sudah tak terhitung jam dinding yg dibuang karna rusak, magic com, kipas angin,printer dll. Saat hari libur kadang saya jalan2 ke tukang loak disana banyak terdapat panci2 magic com, kipas angin bekas, blender bekas, oleh mereka diperbaiki dan dijual, anda tahu mengapa mereka melakukan hal itu? Ya untuk mengais rezeki.
Dulu pernah saya servis sepeda dengan tekun dia menyambung rantai-rantai bekas, ganti kawat rem dan hanya meminta jasa rp 12.500, juga kemarin sy baru servis sepeda anak saya hanya rp 10.000, ternyata banyak sekali orang yg mengais rezeki dengan tekun, teliti, tidak serakah, sabar, sedikit demi sedikit.
Kita generasi muda yang berpendidikan dan dimanjakan oleh fasilitas kadang2 mudah menggerutu, curhat di wall jejaring sosial, harusnya kita malu generasi orang tua kita dulu tak kenal motivator2, kata2 mutiara, situs2 iptek dsb tapi mental mereka laksana baja yg semakin kokoh dan bersinar melahap masalah.
Ilmu tidak selamanya disampaikan oleh guru, dosen, rektor juga pengamat2 ekonomi, politik di tv misalnya, ilmu bisa dilihat, dirasa, diresapi oleh siapa saja, lewat tukang loak, tukang servis payung, tukang servis jam tukang sol sepatu dsb.
Bila teori didapat dari buku2 yg berjejer di sekolah2, kampus2, dsb, maka alam semesta ini adalah laboraturium raksasa gratis tempat praktek tiada henti
Kadang2 sehabis sholat berjamaah saya suka berbincang-bincang dengan pak rt, dia berusia sekitar 70an lebih, buka mata, telinga dan tutup mulut biarlah dia yg cerita masa mudanya, pekerjaanya dsb.
Waktu itu kita membahas jam dinding mushalla yg rusak, dia berkata jam itu bisa diperbaiki mesinnya ganti saja dengan merek seiko, saya senang sekali mempelajari bagaimana seseorang bereaksi tehadap masalah, kalau kita2 yg masih muda biasanya berpikir "ah jam murahan buang saja, ganti, beli baru beres". Tapi bagi pak rt yang pada masanya jam itu cukup mahal dan kualitasnya baik maka pendapatnya akan berbeda dengan kita2.
Bila kita lebih sering bergaul dengan orang yg sehobi dengan kita misal hobi ponsel, fotografi, motor, mobil dsb biasanya kita akan terus menginginkan benda yg tidak kita punya. Memang tidak salah hidup semakin sempurna dengan semakin canggihnya alat yg kita miliki, tapi ada orang yg telah menafkahi anak cucu bertahun-tahun dengan profesi yg mungkin kita jarang sadari.
Dirumah saya sudah tak terhitung jam dinding yg dibuang karna rusak, magic com, kipas angin,printer dll. Saat hari libur kadang saya jalan2 ke tukang loak disana banyak terdapat panci2 magic com, kipas angin bekas, blender bekas, oleh mereka diperbaiki dan dijual, anda tahu mengapa mereka melakukan hal itu? Ya untuk mengais rezeki.
Dulu pernah saya servis sepeda dengan tekun dia menyambung rantai-rantai bekas, ganti kawat rem dan hanya meminta jasa rp 12.500, juga kemarin sy baru servis sepeda anak saya hanya rp 10.000, ternyata banyak sekali orang yg mengais rezeki dengan tekun, teliti, tidak serakah, sabar, sedikit demi sedikit.
Kita generasi muda yang berpendidikan dan dimanjakan oleh fasilitas kadang2 mudah menggerutu, curhat di wall jejaring sosial, harusnya kita malu generasi orang tua kita dulu tak kenal motivator2, kata2 mutiara, situs2 iptek dsb tapi mental mereka laksana baja yg semakin kokoh dan bersinar melahap masalah.
Ilmu tidak selamanya disampaikan oleh guru, dosen, rektor juga pengamat2 ekonomi, politik di tv misalnya, ilmu bisa dilihat, dirasa, diresapi oleh siapa saja, lewat tukang loak, tukang servis payung, tukang servis jam tukang sol sepatu dsb.
Bila teori didapat dari buku2 yg berjejer di sekolah2, kampus2, dsb, maka alam semesta ini adalah laboraturium raksasa gratis tempat praktek tiada henti
ADSENSE HERE!
No comments:
Post a Comment