monolog blog

bully boy

ADSENSE HERE!
Karna sering bertemu di masjid, akhirnya kenalan, ternyata dia hendak berhenti jadi karyawan dan menawarkan pekerjaannya pada saya. Lumayan nih kerja dua tempat.
Kerja sendirian dengan ruang 4 x 6 meter, lcd, ac, pc dan alat bantu dengar.

 
Ada sepasang suami istri membawa gadis sekitar 7 tahun, anaknya cantik, ibunya menarik, ayahnya pendiam. Mereka mencari alat bantu dengar yang cocok. Setelah di ukur dengan alat kepekaan pendengaran/audiometri, wah kepekaannya hanya 50%.Coba alat ini dan itu akhirnya terpilih salah satu alat.


Ayahnya penuh iba dan sayang “neng, bener enak pakenya?”, karna pendengarannya terganggu bicara pun gagu. Ibunya ramah riang malah lebih banyak bertanya, dia bertanya “alat itu bisa membantu menyembuhkan?”, saya jawab “ya tidak dong bu tapi berdoa aja mudah-mudahan gangguan pendengarannya hanya karna cairan atau ada serat-serat otak yang tersumbat, dan mudah-mudahan lancar.”

Pernah juga saya survey ke sekolah luar biasa dan menanyakan alat bantu dengar yang mereka pakai, tapi berhubung kebanyakan orang tua murid dari ekonomi lemah ya tidak pakai alat bantu dengar. Bahasa tubuh yang diajarkan dan umum dipakai.
Ujian manusia berbeda-beda, saya pernah beli mobil bekas dari seorang pedagang, showroom.

Saya waktu itu mencari alamatnya dengan sepeda motor di  selatan kota bandung yang rawan banjir dan jalan buruk, pas  ketemu rumahnya “wah rumah luas, jualan mobil dan karyawan bank pula”, sementara saya pake motor boncengan dengan anak istri meliuk-liuk di kubangan jalan.

 
Pas di ruang tamu ada anak gadis sekitar 8 tahunan tapi merangkak, ternyata kedua kakinya kecil dan lemah.  “yah cocobi kang/yah cobaan kang” ujarnya. Walau pedagang saya dapat harga lumayan murah, pajak isi, mesin sehat, body wajarlah kusam namanya mobil tua.

Saya menekankan pada istri untuk tidak banyak cerita tentang anak saat berkumpul dengan teman-temannya, misal berkata “wah anak saya setahun sudah bisa jalan, tiga tahun sudah bisa baca huruf, gambar, berhitung dsb” saya katakan padanya jangan sampai kebahagiaan kita menjadi kesedihan bagi orang lain. Kita dititipi buah hati membuat kita lupa diri.

Di rumah saya dulu ada mushala kecil yang selalu sepi, hanya pak rt dan jamaah berdua atau bertiga yang setia shalat, kecuali maghrib agak banyak sekitar 10 orang.

Ada seorang anak yang selalu datang lebih awal, menyalakan ampli speaker, lampu, kipas dsb. Saat subuh pun dia lebih pagi dari pak rt.  Dia mudah sekali dinasihati, seperti “dek kalo salat berjamaah berdua, kamu sejajar sama imam”. Kadang saya titip pesan “dek, nanti saya tidak akan kesini, daripada kamu salat sendirian mending salat di mesjid rt sebelah saja”.


Suatu waktu dia sudah tidak pernah terlihat, lalu tetangga saya berujar  “kan dia sudah lulus SLB dan pindah kota!”
ADSENSE HERE!

No comments:

Post a Comment

Copyright © taman senja. All rights reserved. Template by CB. Theme Framework: Responsive Design