ADSENSE HERE!
“Kayanya harganya bakal naik deh”, yah... benar saja ban sepeda merek lokal seperti “united”, “swallow” rp 80.000 sebuah, kirain dapet rp 60.000. “kemaren-kemaren dapet harga segitu. Sekarang dollar naik” kata yang punya toko. Kalo liat orang lain enak bener tinggal gesek kartu, kebeli ban-ban merek luar seperti “kenda, maxxis” seharga ratusan ribu, belum lagi part-parts lain seharga jutaan. Akhirnya beli merek “genio” rp 50.000
Sepeda taiwan bermerek “carribou” itu saya beli hasil tukar dengan menambah rp 400.000, lumayan batangnya aluminium. Sepeda kuning itu dulunya juga beli bekas rp 130.000, tak sengaja ditemukan di tukang rongsok.
Niatnya kan ngirit bbm, kerja pake sepeda ngga usah sering ngatri di pom bensin dan yang penting membakar lemak, mencegah penyakit gula dsb.
Seperti biasa jika weekend di pusat kota saya berteduh di emper pertokoan berbincang dengan kenalan saya seorang tukang jam bekas. Menepilah seorang pria dan seorang putri kecil, dia menawarkan sebuah jam tangan bekas palsu murahan. Sudah pasti kawan saya menolak, karna jam itu tidak masuk kelas, dalam deretan koleksi dagangannya minimal merek “seiko” keatas yang layak jual, jikapun ada jam plastik/karet, paling “g shock” yang dia berani terima.
Dia celingak-celinguk melihat deretan kilauan “guess, cerruti, tag heuer, rolex dst” saya yakin pikirannya menerawang bagaimana caranya jam bekas murahannya menjadi uang. Orang menjual jam jika bukan hobi pastilah terdesak karna butuh biaya entah untuk sekedar makan, ongkos atau istrinya memerlukan sekali.
Andai ada kesempatan ingin sekali saya mengajak putri kecil berdaster bunga biru itu bermain, mengajaknya makan, menanyakan “sayang, udah punya pinsil/crayon?” atau menyelipkan uang lima puluh ribu rupiah dan berkata “ini uang buat ibumu, jangan bilang ayahmu”.
“Jika nanti kau sudah dewasa kelak..jangan pernah sekalipun menukar kesucianmu dengan kemewahan yang mungkin kau tak rasakan, kehormatanmu adalah kemuliaanmu. Ya Allah yang maha menguasai... tolong jaga dia”.
Terbayang bagaimana jika istri dan kedua buah hati saya sedang jalan-jalan lalu kehabisan uang?
Jika kita hampir setiap hari membeli minuman di “alfa, indomaret” dst
Jika hari libur kita selalu berencana “masak apa ya enaknya?”
Jika kita mampu membeli pulsa puluhan bahkan langganan internet fiber optic ratusan ribu rupiah.
Jika kita mampu mengganti speaker yang terasa tidak enak?, lcd yang terlihat kecil, velg mobil/motor yang kurang sporty? Itu berarti level kita sudah jauh diatas orang-orang yang terseok hanya untuk memenuhi kebutuhan primernya, orang-orang yang uang belanjanya tidak pasti, upahnya jauh dari cukup.
Pemandangan awal bulan orang berbondong di “giant, carefour, jogya” dan beragam hyper market lainnya dengan menenteng kantong-kantong besar berisi belanjaan bukan hal aneh bagi kita tapi ada segelintir/banyak? orang tak pernah merasakan belanja ratusan/jutaan rupiah karna memang penghasilannya tidak pernah sampai pada level itu.
Ada orang memiliki sepeda motor lebih dari yang dia butuhkan, ada pula yang membeli sepeda seharga puluhan juta rupiah. Siapakah yang bertanggung jawab atas kesenjangan ini?apakah pura-pura negeri ini dianggap baik-baik saja? Apakah di akhirat nanti tidak ada pertanggung jawaban?
Apakah pria tadi pemalas?orang yang membiarkan kemiskinan menghimpitnya? Tidak semua orang gesit/selalu tahu apa yang harus dilakukan. Jika semua orang smart/gesit/luwes/tangkas...pastilah tidak ada jongos/bawahan/kuli kasar di dunia ini. Semua orang pasti jadi bos/pengusaha sukses.... namun dunia dihuni beragam manusia....dan tanggung jawab kitalah untuk berbagi ilmu.
Mata air dari gunung yang tinggi airnya membasahi tanah yang kering maka ada kehidupan...semua adalah perumpamaan bagi yang berpikir
Siang itu saya membeli sepasang ban, jok sepeda dan berniat menggati velgnya tapi saya berpikir “apa yang saya cari? Apakah pemandangan tadi tidak menyadarkanmu?”
Sepeda taiwan bermerek “carribou” itu saya beli hasil tukar dengan menambah rp 400.000, lumayan batangnya aluminium. Sepeda kuning itu dulunya juga beli bekas rp 130.000, tak sengaja ditemukan di tukang rongsok.
Niatnya kan ngirit bbm, kerja pake sepeda ngga usah sering ngatri di pom bensin dan yang penting membakar lemak, mencegah penyakit gula dsb.
Seperti biasa jika weekend di pusat kota saya berteduh di emper pertokoan berbincang dengan kenalan saya seorang tukang jam bekas. Menepilah seorang pria dan seorang putri kecil, dia menawarkan sebuah jam tangan bekas palsu murahan. Sudah pasti kawan saya menolak, karna jam itu tidak masuk kelas, dalam deretan koleksi dagangannya minimal merek “seiko” keatas yang layak jual, jikapun ada jam plastik/karet, paling “g shock” yang dia berani terima.
Dia celingak-celinguk melihat deretan kilauan “guess, cerruti, tag heuer, rolex dst” saya yakin pikirannya menerawang bagaimana caranya jam bekas murahannya menjadi uang. Orang menjual jam jika bukan hobi pastilah terdesak karna butuh biaya entah untuk sekedar makan, ongkos atau istrinya memerlukan sekali.
Andai ada kesempatan ingin sekali saya mengajak putri kecil berdaster bunga biru itu bermain, mengajaknya makan, menanyakan “sayang, udah punya pinsil/crayon?” atau menyelipkan uang lima puluh ribu rupiah dan berkata “ini uang buat ibumu, jangan bilang ayahmu”.
“Jika nanti kau sudah dewasa kelak..jangan pernah sekalipun menukar kesucianmu dengan kemewahan yang mungkin kau tak rasakan, kehormatanmu adalah kemuliaanmu. Ya Allah yang maha menguasai... tolong jaga dia”.
Terbayang bagaimana jika istri dan kedua buah hati saya sedang jalan-jalan lalu kehabisan uang?
Jika kita hampir setiap hari membeli minuman di “alfa, indomaret” dst
Jika hari libur kita selalu berencana “masak apa ya enaknya?”
Jika kita mampu membeli pulsa puluhan bahkan langganan internet fiber optic ratusan ribu rupiah.
Jika kita mampu mengganti speaker yang terasa tidak enak?, lcd yang terlihat kecil, velg mobil/motor yang kurang sporty? Itu berarti level kita sudah jauh diatas orang-orang yang terseok hanya untuk memenuhi kebutuhan primernya, orang-orang yang uang belanjanya tidak pasti, upahnya jauh dari cukup.
Pemandangan awal bulan orang berbondong di “giant, carefour, jogya” dan beragam hyper market lainnya dengan menenteng kantong-kantong besar berisi belanjaan bukan hal aneh bagi kita tapi ada segelintir/banyak? orang tak pernah merasakan belanja ratusan/jutaan rupiah karna memang penghasilannya tidak pernah sampai pada level itu.
Ada orang memiliki sepeda motor lebih dari yang dia butuhkan, ada pula yang membeli sepeda seharga puluhan juta rupiah. Siapakah yang bertanggung jawab atas kesenjangan ini?apakah pura-pura negeri ini dianggap baik-baik saja? Apakah di akhirat nanti tidak ada pertanggung jawaban?
Apakah pria tadi pemalas?orang yang membiarkan kemiskinan menghimpitnya? Tidak semua orang gesit/selalu tahu apa yang harus dilakukan. Jika semua orang smart/gesit/luwes/tangkas...pastilah tidak ada jongos/bawahan/kuli kasar di dunia ini. Semua orang pasti jadi bos/pengusaha sukses.... namun dunia dihuni beragam manusia....dan tanggung jawab kitalah untuk berbagi ilmu.
Mata air dari gunung yang tinggi airnya membasahi tanah yang kering maka ada kehidupan...semua adalah perumpamaan bagi yang berpikir
Siang itu saya membeli sepasang ban, jok sepeda dan berniat menggati velgnya tapi saya berpikir “apa yang saya cari? Apakah pemandangan tadi tidak menyadarkanmu?”
ADSENSE HERE!
No comments:
Post a Comment