monolog blog

“Sedia payung sebelum hujan”

ADSENSE HERE!
“Sedia payung sebelum hujan”, pasti semua orang tahu pepatah ini tapi apakah semua orang sudah mempraktekan?

Kebanyakan orang.....
Ujian mepet baru belajar
Lulus sekolah/kuliah baru melamar pekerjaan
Menikah baru mencari tempat tinggal
Anak sakit mendadak baru mencari pinjaman tambahan biaya rumah sakit

Sedikit orang...
Membiasakan diri belajar baik ada ujian atau tidak
Jauh sebelum masa menganggur/lulus sekolah/kuliah datang sudah memiliki usaha atau bekerja
Jauh sebelum menikah sudah mencicil/memiliki rumah
Memiliki tabungan cukup jikalau anak sakit/musibah dsb

Jika kita selalu kelabakan mencari solusi saat ada masalah maka kita termasuk orang biasa.
Jika kita selalu memiliki persiapan sebelum masalah itu datang, itulah orang luar biasa.

Orang biasa akan sibuk/letih/habis waktu hanya untuk menyelamatkan kepentingan pribadinya. Kerja dari pagi hingga malam penghasilan pas-pasan habis untuk menebus biaya kebutuhan primernya.

Mahasiswa apalagi lulusan luar negeri miris sekali jika lulus kuliah mengais-ngais rezeki melamar pekerjaan dan dibayar murah lantas apa gunanya buku yang dilahapnya semasa kuliah? Bersaing dengan lulusan smp/smu? Jika ujung-ujungnya tak memiliki ide untuk menyelamatkan diri yaa sudah saja ngga usah buang-buang umur kuliah 5 tahun lebih kan?

Banyak orang tua memberikan mobil seharga ratusan juta untuk anaknya di masa sekolah/kuliah, baiknya uang tersebut digunakan untuk membeli tanah/rumah walau dalam gang sekalipun sehingga bisa digunakan untuk kos-kosan/kontrakan/laundry misalnya.

Ternyata dalam skala besar para pemimpin bangsa ini juga sama prilakunya.
Macet dulu baru berpikir pengadaan transportasi massal
Bbm langka/mahal/terbatas baru berpikir tentang energi alternatif
Banjir dulu baru berpikir tentang lahan resapan,hutan kota, dsb.

Pantaslah walikota Bandung contohnya ditentang oleh para sopir angkot karna mengadakan bus sekolah yang padahal hanya berjumlah 20an itu. Sebagian warganya yang masih belum berpikiran maju kedepan was-was rezekinya terganggu. Padahal negara-negara tetangga singapura/malaysia/australia apalagi jepang, korsel lalu eropa tengah, barat dan amerika pikirannya telah jauh didepan, tata kota, transportasi, pendidikan dst dst telah dipikirkan. Kepentingan massa itu diatas golongan.
Kenapa yaa kebodohan ini koq bareng-bareng? Tidak adakah orang pintar? Atau kita dijegal?

Selama kita selalu ribut tentang bbm, macetnya arus mudik, pergantian/pencarian kurikulum maka bangsa ini akan lambat sekali berkembang jikapun sebagian warga kita makmur tapi tetap saja gaya hidupnya belum efisien.

Asalkan mampu maka orang bebas memiliki mobil sesuka hati, bahkan satu keluarga memiliki mobil sebanyak jumlah istri dan anaknya!
Liburan itu identik dengan turun ke jalan mengendarai motor/mobil misalnya sehingga jika semua orang bermimpi sama maka kemacetan pasti terjadi di akhir pekan.

Uang yang didapat dengan susah payah hangus begitu saja untuk menebus bbm dan membayar tarif toll. Jika orang jakarta ingin liburan ke kota bandung dengan mengendarai mobil maka biaya bbm plus toll mencapai rp 300.000 belum letihnya, resiko kecelakaan, resiko ditilang juga hari seninnya sudah harus fit untuk bekerja.

Jika saja kereta antar kota/trem listrik dalam kota sudah banyak tersedia setiap jam maka dalam perjalanan orang itu bisa istirahat, keliling-keling kota bandung dengan nyaman, mungkin biaya hanya selisih sedikit tapi menikmati liburan tidak dengan keletihan.orangpun malas untuk memiliki kendaraan pribadi.

Anak sekolah/mahasiswa perlu biaya mahal untuk membayar angkot sudah begitu ugal-ugalan, tanpa ac, bahkan ada metromini terjungkal masuk sungai. Sampe di kampus? Letih, bad mood, loss energy.

Orang luar biasa mampu menebak apa yang akan terjadi di masa depan, usaha apa yang akan laku, bagaimana perilaku keseharian manusia nanti. Misalnya dia berpikir suatu saat manusia akan bepergian dan selalu memerlukan minuman kemasan maka pendiri “aqua”lah yang mengais manisnya rezeki saat ini, manusia suatu saat akan tergantung oleh ponsel, jejaring sosial, paket/kuota data,  software dst maka bill gates lah salah satu yang memetik keuntungan.

Orang tradisional berangkat pagi kerja ke kantor pulang sore atau malam.
Orang tradisional buka toko, melayani pembeli, belanja, merapihkan toko dsb.
Orang tradisional harus melek baru uang datang.

Orang fenomenal memang awal usaha dia merintis namun setelahnya tidak perlu full energi untuk menjaga usahanya. Saat bill gates tidur software nya terjual di berbagai benua, saat pemilik hotel berbintang kelas dunia tertidur seperti warren buffet, para manajer bawahannya tetap bekerja dan dia hanya ongkang sana sini untuk mengontrol, tidak perlu setiap saat.

Sayangnya sebagian orang berlindung dalam radius pikirannya, memelihara rasa malasnya dengan menfitnah, “ah uang banyak bukan jaminan kebahagiaan, ah dunia ini kan surganya orang kafir, ah hidup mah sederhana saja dst”.

Jika manusia begitu egois hanya memikirkan yang penting dirinya hidup bagimana bisa memikirkan hidup orang lain, bagaimana berperan dalam atmosfer bumi ini yang tak kita ketahui trendnya akan kemana?.

Kitalah bangsa konsumen segala peralatan elektronik, segala acara di tv, segala trend musik, busana hingga destinasi-destinasi wisata luar negeri.

Nokia, sony, Lg, samsung, casio, yamaha dst panen raya di negeri kita.
Para pembuat ajang idol-idol panen rezeki atas rating acara dan perusahaan pemasang iklan.
Walt disney, paramount picture dan ratusan tv satelit menuai rezeki atas jutaan pelanggan negeri ini.
Toyota, honda, suzuki, bmw, mercy dst laris manis

Dibalik creator/pencetus/pencipta acara-acara tersebut itulah orang-orang jenius/fenomenal/cerdas/jeli yang sudah tidak sibuk lagi dengan menafkahi pribadi. Merekalah trendsetter, penentu minat/style/mode dunia.


Apakah pembeli ponsel samsung kaya raya? Belum tentu
Apakah peserta idol berhasil rekaman semua? Tidak juga
Apakah penonton film bertambah wawasan lalu menjadi mawas dan cerdas? Belum tentu
Apakah pemilik mobil toyota misalnya makmur?bisa iya namun banyak juga banting tulang membayar cicilannya juga tak mampu membayar pajaknya.

Apakah bangsa ini hanya dirugikan/kalah secara materi?
Jika hidup sibuk dipenuhi mimpi ingin memiliki materi sebanyak-banyaknya lalu kapan memperbaiki rohani?

Jikapun label kita negara muslim terbesar di asia, apalah bedanya dengan atheis? Yang tidak mengikuti perintah Allah swt dalam gaya hidup, cara berbisnis, tidak ada aturan halal haram hanya sebatas patuh pada aturan yang dibuat manusia? Itulah buih-buih di lautan, banyak namun tanpa arti terombang ombak lalu dihempas.
ADSENSE HERE!

No comments:

Post a Comment

Copyright © taman senja. All rights reserved. Template by CB. Theme Framework: Responsive Design