monolog blog

masa penantian

ADSENSE HERE!
“Saya tidak mau ada jeda kosong/nganggur dalam hidup saya” Rhenald kasali.

Berhubung saya bukan dia yaa sehabis lulus tahun 2000 dulu saya ada jeda. Lempar surat lamaran sana-sini. Melamar sebagai medical representatative ke kantor pusat jakarta tidak diterima padahal sudah bolak balik test hingga wawancara akhir. Melamar menjadi karyawan bagian hrd di optik “melawai” pas test akhir wawancara fail, melamar sebagai penulis kontributor di tabloid komputer di jakarta fail padahal tulisan saya lolos masuk seleksi.
Ingin berkantor di gedung pencakar langit ibukota akhirnya hanya mimpi.

Sekitar tahun 2001 saya buka usaha rental komputer menempati rumah orangtua yang tidak dipakai.
Rental komputer itu sederhana tapi jika dapat orderan lalu sofwarenya kita belum bisa itu yang bikin malu ^_^. Hanya ada satu unit pc pentium 1-133mhz, ram edo 16mb, hd 210 mb seagate, operating system win 95plus, office 1997, corel 7, monitor spc 14” cembung, printer canon bjc 1000sp. Total seharga 2jt.

Rumah itu dijadikan markas, sedikit demi sedikit tetangga mulai berdatangan. Dari mulai aktivis partai, pengangguran, karyawan, spg juga pelanggan-pelanggan mahasiswi yang cantik-cantik dari beragam universitas. Hanya saja karna status saya dan kawan-kawan masih kerja serabutan jadinya ngga pede untuk pdkt ^_^.

Mahasiswi  itu cerewet, saat ngerental mereka curhat masalah pribadi, pacar dsb, saya mah ngedenger aja deh kebetulan rumah itu di dalam gang jadi sepi dan ruang rental seluas 3 x 6 meter itu nyaman banget buat ngobrol.

Ada seorang mahasiswi jurusan sekertaris, wajahnya biasa banget tapi baek banget, ramah, ceria setiap ngerental suka bawa makanan roti-roti dan kue yang enak-enak tapi karna saya ngga dewasa hanya melihat penampilan luar yaa ngga ditindaklanjuti malah saya menjadi risi, kesel dan dingin setiap dia datang. Dia suka bikin tulisan di pc setelah dia ngerental dia titip pesan untuk dibaca. Intinya dia kecewa dengan sikap saya. Kejam ya, padahal kan bisa jadi sahabat. Ampun deh ya Allah jika saya dipertemukan saya akan minta maaf dan mendoakan janji deh.

Ya namanya cowok standar pasti keimanannya standar pula, selera tinggi ngga ngaca diri ^_^. Waktu itu saya begitu terkesima oleh wanita kemayu mahasiswi psikologi. Bahasa tubuhnya, cara berpikirnya dan apa yang terucap di bibirnya kadang menghipnotis dan mengendap di kala malam…cyee.

Gaya bicaranya tenang kalem, kata-katanya dipilih dengan intelek tanpa emosi jika membahas sesuatu, kalem menghadapi ponakannya yang hyperaktif. Wanita-wanita seperti itu bikin penasaran, rumah tangganya sekarang kaya gimana yaa?

Saya begitu menikmati setiap detik kebersamaan yang tercipta. Bahkan saya rela sehabis main bola berlumur lumpur cepat-cepat mandi untuk memberitahu bahwa rental buka. Dia lagi menyusun skripsi, jadinya sering ke rumah.

Hati  berdebar-debar akhirnya lemas jika mengetahui ternyata dia akan menikah dengan karyawan perusahaan telekomunikasi terkemuka. Perusahaan itu zaman orba bonafid sekali.
Tubuh ini unik ya, selalu berenergy bila geer, saya waktu itu semangat sekali bila diminta pertolongan seperti mengantarkan printer pitanya yang rusak dan guede itu.
Pendapatan rental kadang 50rb rupiah/hari, jika sepi 20rb, uang segitu lumayan lho untuk sekelas kota bandung saat itu, saya pernah bekerja di hotel hyaat bdg saja upah perhari rp 16rb, casual sebutannya.
Tarif rental rp 1.500/jam dan print rp 500/lembar
Terjemahan inggris ke indonesia rp 6.000/lembar
Indonesia ke inggris rp 8000/lembar
Biaya setting dan print seperti pembuatan spanduk dsb nego.

Secara ekonomi nyaman sekali saat itu, bisa main/jalan-jalan atau upgrade pc ke amd 900 mhz, sd ram 64 mb, vga nvidia 32mb monitor flat 15” cukuplah untuk gaming nfs porche dan counter strike. Game-game sekarang syaratnya semakin menggila, untunglah saya dah ga minat ^_^. Singkatnya saat itu saya punya dua pc, yang satu lagi amd 500+asus p5ab, dan altec atp 2.1. Anda tau persis?=anda tua, saya yakin persis ^_^.

Saat itu presiden kita megawati, plus ada kejadian 911, bom bali, saya bersama kawan kadang debat politik hingga dini hari tapi saat itu belum ada medsos yaa, so life quite well.

Tetangga memberi sebuah nama teman pacarnya, jemput saja katanya, dia sebagai administrasi dan pulang jam 6 sore. Blind date? Awalnya saya menjemput dengan angkot. Setelahnya saya menjemputnya dengan supercup 81 tangan pertama milik nyokap ^_^. Si merah kinclong menawan itu gesit dan irit melahap lika-liku kota bandung.

Drama jepang berjudul “true love” yang tayang setiap sabtu jam dua siang di indosiar favorit saya seperti menjadi kenyataan. Bahagia banget kan lajang dapet ikan hehehe. Memang benar kayanya turunan etnis sipit, pantesnya punya toko alat listrik deh xixi. Supercup lancar membonceng tuh gebetan hingga ke kawasan utara bandung “dago tea house”.
Selain “true love”, “friends” juga tayang di indosiar, berkisah tentang talian cinta dua negara antara gadis jepang yang diperankan oleh kyoko fukada dan aktor korea entah siapa namanya lupa hehehe.

Adegan menjemput wanita kantoran berjalan di trotoar kota dengan lampu jalan yang temaram, cuci mata di bandung indah plaza, menunggu angkot jalan merdeka...
Batu-batu di halaman masjid balaikota itu menjadi saksi berdua kami pernah duduk disana menatap senja keemasaan bergulung awan biru tipis jika malam lampu merkuri bersinar keemasan di celah-celah daun pohon mahoni.

Kadang sekarang pun masih tersenyum bila ingat itu semua. Memang drama asia dulu efeknya dahsyat bagi saya pribadi walaupun awalnya nonton iseng menjelma menjadi mimpi dan menjadi kenyataan.
Wanita sipit itu agak chubby jadi dia ngga mau makan sama sekali lumayan ngirit uang hehe. Btw bandung saat itu nyaman banget belum begitu macet, tidak banyak sepeda motor.
Menuruni jalan “dago” yang resik dan sejuk tapi....dasar supercup platina yang kadang ngadat...ajrut-ajrutan. Penyakitnya kambuh lagi entah setelan longgar, dan dari knalpot ada ledakan-ledakan hingga keluar letupan api. Pas di stopan motor dimatikan maluuu orang pada liat lalu pas jalan meledak-ledak lagi terus hingga mengantar ke rumahnya. Orang-orang di trotoar sampe pada noleh karna ledakan cukup keras.

“kamu malu ngga?” dia hanya tersenyum. Dia ramah dan sederhana hanya saja saya tidak diperkenalkan pada orangtuanya, saya hanya berpikir mungkin etnis sipit memang selektif sekali memilah pria, harus jelas karir dan akan dibawa kemana anak gadisnya. Dan hingga pada suatu waktu dia sudah tidak mau ditemui lagi, ditelepon selalu bilang tidak ada. Drama asia singkat akhirnya berakhir.

F4 dengan “meteor garden” saat itu hits tapi saya tidak suka karna ceritanya basi dan “sanchai” biasa banget. Apakah drama asia hanya khayalan belaka, bahkan kehidupan pemainnyapun tidak secantik ceritanya?

Saya dan kawan mendaftar pada salah satu penyalur tenaga kerja ke jepang. Test demi test dilewati dan lolos hingga akhirnya pada tahap akhir wawancara. Entah benar atau tidak pemberi “pelicin” lah yang bakal diterima dan sistemnya lelang. Lowongan kerja di percetakan.

Kedua teman saya berhasil berangkat katanya biayanya 30jt. Setelah pulang ke indonesia teman saya bekerja di perusahaan jepang di bandung, tetapi teman-teman saya yang lain malah mengingau bermimpi untuk kembali lagi ke jepang. Iklim di jepang keras sekali bahkan kawannya kawan jarinya putus saat bekerja sebagai operator mesin potong kertas. Mungkinkah Tuhan maha tahu yang terbaik untuk saya?.

Saya belanja kebutuhan rental seperti kertas dsb di dekat kampus di daerah tamansari. Kadang saya beristirahat sengaja berhenti di perpustakaan suatu kampus hanya untuk mengenang (kacian banget yaa), kampus-kampus yang rindang dan para mahasiswi belia yang sedang basket, wuih bening banget ^_^. Ternyata ada sekelompok mahasiswi putiiih banget, koq bicara bahasa indonesianya kaku?


Ternyata itu mahasiswi jepang yang ikut program pertukaran pelajar atau memang kuliah di indonesia. Saya pernah berkenalan, minami namanya dan beberapa mahasiswi jepang lain, ramah-ramah. Biasalah basa-basi cerita tentang artis/film jepang dsb. Mampir di perpustakaan jadi kebiasaan, mereka welcome jika diajak bicara, mungkin tampang sayapun masih seperti mahasiswa ya. Tapi pertemanan nggak dilanjut beda hobby senengnya dia bowling di planet dago. Ah lagi lagi ciut hehehe.

Rumah itu digunakan akhirnya saya mengontrak tempat dipinggir jalan dengan sewa 300rb rp/bulan. Ah saya percaya ntar anda hiburan lagi koq. Ngga usah menyesal dengan sesuatu yang memang bukan milik kita.

Saya  menekuni rental...lalu ada dua gadis boncengan. Setelah motor mereka berhenti, gadis yang dibonceng membuka helmnya.... putiiiih mungil sipit dengan rambut lurus pirang sebahu. Belum juga diajak ngobrol udah senyum, gue banget ya Allah.... Dia spg produk susu bayi. Singkat cerita berkenalan, dia suka mampir sehabis pulang kerja, dia kos bersama temannya. Ada cerita unik waktu ke kosnya, disamping hati yang berbunga-bunga banget apalagi dia masih single, pas masuk kamarna ada berjejer maaf “cd” dijemur di meja. Bangga sekali dipercaya diajak ke kosnya. Dia dijodohkan dan dia tidak suka dengan calon pilihan ortunya.


Kami mengobrol di ruang tamu. Sungguh tak terpikir sedikitpun untuk menyentuh bahkan sekedar memuji. Mungkin jika kita sangat mencintai seseorang kita benar-benar menjaganya, membiarkannnya suci utuh, setuju? pipinya memerah malu sekali setelah dia tahu “cd” nya tak sengaja saya lihat.

Tempat kerjanya agak dekat dengan rental, sering saya bahkan sedikit memaksa untuk menjemput. Bangga sekali jika orang lain melihat saya menjemputnya...ya masih dengan supercup tentunya.

Orangnya tegas keras dan mandiri, kakaknya bekerja di restoran cepat saji dan mendapat pelatihan gratis di singapura. “tuh kalo jadi cowo harus ada kemauan” ujarnya. “nyindir neng?” ^_^.
Waktu itu saya bekum punya ponsel, boro-boro nokia 8210, 3210/t10 aja saya ga punya jadi kalo mo ngejemput minta temen tolong sms, kacian yaa.
Perasaan semakin membara hati semakin mendidih tapi sekali lagi karna merasa karir saya memalukan akhirnya suratlah penyampai isi hati saat tubuh hanya bergetar malu menahan segala rasa.
Saya diterima kerja di sebuah hyper market dengan upah rp 700k lalu rental tutup. Suatu malam saya ke kosnya, basa-basi lalu sebelum pulang sepucuk surat saya berikan.

“hei pa kabar, alhamdulilah saya sekarang dah keterima kerja...non kayanya dari salah tingkahnya saya bicara dan kakunya saya setiap ketemu kamu, kamu pasti tahu isi hati saya tapi kayanya kamu terlalu dewasa untuk dimanja dan terlalu mandiri untuk dikasihi.
Cepetan bikin undangan, usia terus bertambah lho...telpon ya.. nih 022 756****”
Dia memang ramah, dia orang ciamis. Setahu saya garut, tasik,ciamis putih-putih, cuantiiik. Di kota rantau saya pernah berkenalan dengan kasir bank ternama orang tasik ueedan bening banget.

Hanya saja keinginan itu perlu bukti, janji itu perlu prestasi, dan mungkin saya belum bisa memenuhi itu semua. Jikapun saya bicara langsung, saya belum siap mendengar kata “tidak”.

Menjemput, mendampingi menyebrang jalan, bersua, memang semua itu membuai, karna otak ini diracun drama asia kali ^_^. Tapi asli deh, saya ulangi, jika kita sangat mencintai seseorang kita benar-benar menjaganya, membiarkannya tetap suci karna jika saya maksiat, saya malu, takut saya dijauhkan dengannya, saya takut Allah kecewa mempertemukan saya dengannya.

Suatu waktu telepon berdering, ibu saya yang menerima, kebetulan saya lagi salat, setelah gagang telepon dianggkat tidak ada suara. Saya tanya pada ibu “bu cewe/cowo?”, “cewe” jawab itu. Bertahun-tahun menunggu tetapi telepon itu selalu membisu.

Terima kasih ya Allah, walau bukan jodoh semua itu kenangan, selalu membuat tersenyum, ah sayang, anakmu cantik sekali sepertinya. Seperti apa sih suamimu? saya ingat nama panggilannya tapi lupa nama aslinya, yah kalo ingat bahaya kali yaa ntar pengen nyari di fb.

“squall” ost “truelove” ,hingga sekarang masih merinding mendengarnya.
ADSENSE HERE!

1 comment:

  1. wow..serasa ikut didalamnya bang...sy dulu juga suka liat Friends kyoko fukada dan won bin..cuma sisi romansa nya belum bisa ngerasain..cuma bisa ngebayangin..kisahnya keren bang..

    ReplyDelete

Copyright © taman senja. All rights reserved. Template by CB. Theme Framework: Responsive Design