Dulu sekitar tahun 90an ada sebuah acara di tvri berjudul "fragment", alkisah ada sebuah pondok kontrakan yang dihuni beragam manusia, ada yang sudah menikah, berusia lanjut dan seorang lajang. seorang lajang itu antusias sekali bertanya tentang cinta pada setiap penghuni pondokan, dia bertanya "apakah anda mencintai jodoh anda?". pada akhirnya dia mendapat jawaban dari penghuni yang berusia lanjut, dia berkata "yah buat apa hidup memikirkan cinta, toh pernikahan saya bisa bertahan hingga sekarang".
saya bertanya pada teman, "apakah menurut kamu jodoh itu sudah diatur?" dia menjawab "sudah diatur" karna dia tidak begitu mengenal calon istrinya tapi hatinya tergerak saja untuk menikah."
ayah saya berkata "nikah itu sekali, kamu jangan main-main, bisa menyesal seumur hidup, kl salah satu sudah tidak punya "duriat" maka apa lagi yang bisa dipertahankan?"
duriat itu dari bahasa sunda artinya apa ya? mencakup kasih sayang, cinta dsb.
kakak perempuan saya bilang "kamu harus punya cinta walaupun sedikit, kamu ngga akan punya semangat pertahanin pernikahan kl kamu ngga punya cinta"
saya perhatikan pernikahan tanpa atau kurang cinta memang rentan dan bahkan mudah sekali bubar. sering film bertema pasangan kekasih bertahun-tahun pacaran tapi kandas karna salah satu punya gebetan baru. dalam dunia nyatapun saya sering menjumpai, orang-orang yang memadu kasih dan kedua keluarga sudah berencana menjadi besan tapi bubar seketika karna ada orang ketiga. harta dan rupa pun tidak selamanya jadi biang kerok, banyak orang menggagalkan rencana pernikahan mereka tanpa mampu memberikan jawaban hanya simpel menjawab "pokoknya klop aja".
dahsyatnya cinta suatu waktu akan redup katanya tapi setidaknya jenuh bersama orang yang kita cinta lebih baik daripada jenuh bersama orang yang tidak kita cinta. hubungan yang sehat itu bikin nyaman, jika saat sendiri lebih nyaman dibanding berdua berarti ada yang tidak beres dalam hubungan itu.
anda mempertahankan pernikahan karna apa? anak? kasihan ortu/mertua yang sudah berusia senja? itu bukan jawaban, itu adalah kewajiban agama.
anda merasa was-was jika istri pergi sendiri menggunakan sepeda motor misal?
anda merasa menyesal jika pernah dengan kasar menghardiknya?
anda begitu tersentuh jika mengingat kesabarannya?
atau anda merasa jenuuuh sekali saat ini sehingga mati rasa, hambar, piknik males, ngobrol males malah akrab dengan teman kantor misal?
memang jenuh manusiawi tapi jika jenuhnya berkelanjutan? banyak misalkan pasangan artis terlihat romantis sejak masa pacaran hingga pernikahan bahkan kelahiran anaknyapun menjadi sebuah lagu “timang timang anaku sayang” tapi berakhir di pengadilan, apakah mereka tidak mencintai? alasan orang menikah ada karna usia mentok, disuruh ortu dan sudah males mikir/nyari
setelah sepuluh tahun saya menikah, saya belum memiliki jawaban tapi sepertinya jodoh itu memang sudah diatur, kita berani maju atau menggagalkan karna ada sesuatu yang menggerakan hati kita. jika saya mengejar seorang wanita tapi dia menolak, tetap kan? keputusan bukan di tangan saya. hati manusia tidak bisa dipaksa, kita berwajah tidak buruk, berdompet tidak tipis tetap saja belum tentu dengan mudah dicintai seseorang.
banyak orang berpetuah mulia seperti cinta itu bukan pada mahluk tapi pada Penciptanya, menurut saya tetap saja pada prakteknya kita hidup berdampingan dengan manusia dan selalu harus mampu berkomunikasi dengan baik.
hanya praduga saja, mencintai itu cape mending dicintai, mengharapkan bahagia dari seseorang itu labil. saat orang itu pergi atau mati maka kebahagiaan kitapun pergi dan mati. seringkali saya melihat lajang-lajang yang dulunya cantik setelah menikah perut melar lengan besar dan wajahpun berubah drastis. cahaya seseorang terlihat dari matanya, jika beban tugasnya berat maka letih pula sorot matanya.
anehnya walaupun saya tahu kecantikan itu sementara, kenapa ya sebagai pria saya sering begitu terpukau dengan kecantikan? komen temen saya yang seorang ibu muda cantik pebisnis mandiri, dia bilang gini "cinta itu ngga ada di dunia ini, cinta sejati itu nanti di alam kekal sana".
Saya sudah menahun tahu bahwa dunia ini fana tapi baru tersadarkan oleh ucapan teman saya itu, benar sekali dunia ini fana labil, kecantikan sementara sementara sikap wanita itu selamanya, jika doyan bentak ya itulah yang abadi hingga mati, jika doyan memaafkan suami ya itulah yang menentramkan hati.
Saya perhatikan ngga usah nimbrung apa yang sering diobrolkan wanita di kantor misal, mereka mengeluh tentang cuaca “duh panas, gerah” lalu mereka selalu memikirkan makanan “wah enak nih ngerujak, ngebaso, pengen makan ini ah itu ah” lalu mereka bercerita tentang kebiasaan suami, teman yang tidak mereka sukai “si ini mah gitu gini, si ayah, si anu dsb”.
Jarang sekali saya menemukan seorang wanita kecuali teman saya seorang janda yang berusia 60 tahun begitu ramah, sejuk, gemar memberi makanan, dia bercerita bagaimana suaminya meninggal dulu, dia bercerita tentang bahagianya menjadi ibu atas seorang anak yang sekarang tinggal dan bekerja di shanghai pada perusahaan xiaomi.
dia bernasihat jangankan cerai, berpikir atau berbicara cerai dengan istri saja tidak boleh. Walau dia non muslim bisa saja dia lebih islami dibanding saya yang seringkali berburuk sangka pada Sang Pencipta.
Kecantikan bahasa pikiran dan sikap memang menentramkan, wajarlah jika agama berkata harta yang paling berharga adalah istri yang shalih.
saling mengira, saling menyangka istri orang lebih cantik, rumah tangga orang lebih harmonis, jikapun memang benar cantik, kita tidak tahu kecantikan hatinya, kebiasaannya, pertengkarannya, perjuangan mereka dalam menghadapi konflik dengan keluarga besar dsb.
Sekali lagi kawan saya ibu muda cantik itu pernah bilang, “wanita itu ada adiknya yang harus diperhatiin, ada kakaknya, ada ponakan dsb, emang itu semua ngga harus dipikirin dibiayain?”. Bener banget, menikah itu bukan antara suami dan istri tapi dua keluarga besar dan bisa saja menjadi masalah besar
Foto bunga itu saya ambil setahun lalu di kab subang jawa barat, selain layu sekarang pun tak ada jejak sama sekali. Itu adalah peringatan bahwa keindahan materi itu sementara. Di akhiratpun jiwalah yang dipertanggungjawabkan padahal di dunia ini kita tidak tahu wujud jiwa
Cinta itu fana, jikapun memang ada tapi tidak akan abadi di dunia ini.