monolog blog

semoga tak diaminkan

ADSENSE HERE!
Berapa usia anda sekarang? Kepala tiga atau empat? Anda seorang ayah?
Kawan seangkatan saya terutama wanita ada yang anaknya sudah smp bahkan smu, tapi saya kadang tidak merasa tua, saya masih nyambung nongkrong berjam-jam dengan lajang usia 20 tahunan atau saya masih nyambung jadi tempat curhat gadis usia 20 tahunan.

Kadang ada pikiran “ah jika suatu waktu saya cerai, masa sih ngga bisa dapet lagi?”
Kawan-kawan saya yang ceraipun menikah lagi baik pria atau wanita.

Menikah perlu rencana, dana dan tenaga, mungkin sebagian orang tua kita sudah menabung belasan tahun untuk mengadakan resepsi anak gadisnya. Semua saudara diundang, berdoa bersama agar langgeng.

Jika mengucapkan cerai “saya ceraikan kamu talak satu, dua tiga” hanya perlu waktu beberapa detik saja dan semua ikatan janji berakhir.
Sepeda motor baru ada yang dicicil dua atau tiga tahun tapi disiram lima liter bensin dibakar, setengah jam saja hangus hitam tak berguna.
Membangun perlu waktu, merusak hanya sesaat.

Suami pengucap talak atau istri penggugat cerai sama saja, tak ada pemenang yang ada semua pecundang kalah mempertahankan rumah tangga sebagai taman bermain bagi anak tumbuh dengan orang tua kandung.


Jika mengucapkan cerai penuh amarah apalagi sembari menampar istri dan disaksikan buah hati apalagi putri kecil, pastilah kejadian hari itu akan terekam abadi dalam sanubari anak yang bersih dan lugu, dia akan sangat kecewa bahkan takut kenapa ayahnya begitu kejam pada bundanya.


Suatu sore saya melihat anak kecil persis seperti putri kecil saya, berdiri di depan pada sebuah motor matic yang dikendarai ayahnya dan membonceng mungkin istrinya. Tiba-tiba saya berpikir, bagaimana jika itu nyata? Saya bercerai dan putri sudah tidak mau bertemu dengan ayahnya? Karna sudah akrab dengan ayah tirinya yang bisa saja sederhana namun sabar dan mantan istri sayapun sejalan dengan waktu mulai mencintai suami barunya.

Apa yang saya banggakan? Keangkuhan berujung kesepian, kesombongan berselimut kecerobohan, berkuasa karna bisa menceraikan istri?

Setahu saya ayah kandunglah yang berhak menikahkan putrinya kecuali putrinya hasil berzinah walaupun sang istri akhirnya dinikahi. Intinya keturunan sedarah atau anak kandung persaudaraan terus bertalian abadi.

Orang alim bukan jaminan lolos dari godaan dan ujian, menikah itu ibadah dan setan tak sudi sama sekali manusia patuh pada Allah swt.

Saya hanya berpesan singkat pada istri “jangan dengerin omongan ayah lagi marah”.
Jika ada perkataan/sumpah serapah frustasi semoga tidak diaminkan oleh malaikat dan dizinkan terjadi olehMu ya Allah.
ADSENSE HERE!

No comments:

Post a Comment

Copyright © taman senja. All rights reserved. Template by CB. Theme Framework: Responsive Design