ADSENSE HERE!
Cherry pertama so sweet in my lips, yang kedua masih manis, yang ketiga mulai bosan.
Kadang orang mendamba yang belum dipunya lalu lupa sadari yang dijalani.
Tiba-tiba saya ingat saat putra pertama saat masih dalam kandungan, malam itu saya bertanya “De, mau selai blueberry? Kalo mau tendang perut mama” lalu perut mamanya ditendang.
Saat putra lahir dengan normal, memang sih lidah ini berucap alhamdulillah tapi seingat saya waktu itu belum pernah misalkan saya benar-benar berterima kasih dalam sujud saat salat atau sengaja salat malam barang tiga rakaat saja sebagai ucapan terima kasih pada Sang Pencipta.
Kenapa kejadian itu baru tersadar sekarang?.
Sepulang kerja saya membeli makanan kesukaan putra yaitu sosis bakar berlumur mayonaise dan saus tomat. Sesampainya di rumah, putra tidak bergeming sama sekali, tangannya asik dengan mouse pc, hanya putri yang sekarang berusia enam tahun minta digendong.
Putra baru kelas dua sd tapi sudah asik dengan dunianya alias tidak begitu butuh dengan ayahnya. Memang saat putra berusia dibawah tiga tahun saya sering menggendongnya tapi dulu tidak pernah berpikir bahwa semakin lama hubungan anak dan ayah itu semakin renggang.
Ayah saya bila memerlukan sesuatu selalu bicara dengan perlahan
Ayah : “de, kamu lagi sibuk ngga? Bapak mau pinjam ya buku kamu “sejarah nabi muhammad”, tolong besok bawa. Kamu ngecetnya udah? Itu sprayer mau bapak pake”
Saya : “ya besok dibawa”
Dan esoknya....
Saya : “pak, maaf lupa nanti aja ya kalo ke bandung dibawain”
Padahal jika bos saya memerintah pasti saat itu juga apa yang dia minta dikerjakan.
Kenapa semakin berumur diriku semakin kurang ajar ya Allah?
Kenapa aku tidak menyadari bahwa ayah itu kini berusia 70 tahun?
Apa harus semua itu menghilang agar diriku menghargai mereka semua?
Jika orang tuaku begitu segan bahkan aku kerap menyakiti mereka, wajarlah doaku tertahan
Jika benar-benar ditimbang, seribu sujudku jauh lebih ringan daripada sejuta dosaku.
ADSENSE HERE!
No comments:
Post a Comment