ADSENSE HERE!
Kedua anak saya sering bersepeda di dalam rumah lalu parkir dimana saja, pinsil warna, kertas gambar berceceran dimana-mana. Saat mereka pergi dalam waktu cukup lama, barulah saya termenung…sepi yaa?
Waktu putra saya selalu ingin diajak pergi saya merasa biasa-biasa saja tapi sekarang putra saya sudah asik dengan kawannya, pc, ponsel bahkan gemar catur dengan orang lain.
Sering saya melihat putri usia sekitar lima atau enam tahun masih manja digendong ayahnya. Mereka menangis seperti putri saya jika ada keinginan, mereka ikut ayahnya ke mesjid dan saat ayahnya berdoa, kepala ayahnya ditutup mukena mungil mereka. Ayahnya tidak marah, setelah ayahnya berdoa mencium putri tersebut lalu menggendongnya.
Keluarga itu harapan, jika keluarga hancur maka redalah harapan mereka.
Apakah suami akan semangat bekerja jika istrinya selalu sibuk dengan ponselnya? Ketus jika diajak bicara?
Apakah istri akan semangat senam jika ternyata suaminya kangen berat pada istri orang? :v
Jika nanti memiliki rumah sendiri, ingin saya mendekorasi dinding kamar putri saya dengan wallpaper biru corak bunga es “frozen”. Ada anak ada harapan.
Jika tidak ada anak, “ah ngapain beli sepeda mahal-mahal, toh anak dan istri udah ngga ada”, tidak ada keluarga ya tidak ada harapan. Betul kan?
Setiap ujian pasti ada jawaban, jika sekarang diuji kehilangan istri mungkin suatu saat diizinkan menikah yang kedua kali, betul kan? :v
ADSENSE HERE!
No comments:
Post a Comment