Tahun lalu putriku tinggal di kampung halaman, sekarang dia beserta kakaknya tinggal bersamaku.
Tahun lalu aku bersepeda sendiri, syukurlah kini kita berkumpul lagi.
Hari pertama sekolah jalanan dipenuhi motor matic dan mobil-mobil mini, sejuknya udara 5:30 pagi dan kicauan putri dibelakang saling bersahutan. Sebelumnya sempat kuhadiri rapat-rapat orangtua murid. Sengaja kuurus sendiri pendaftaran anak-anak tanpa bantuan istri.
Aku ingin berubah menjadi ayah yang perhatian tidak seperti tahun lalu dimana dalam setahun aku menjemput putri hanya dua kali. Ada tenaga tata usaha muda cantik yang ramah melayani tapi aku tak tertarik sama sekali.
Aku kadang terlambat menjemput putri. Syukurlah putri telah memiliki seorang teman baru sebut saja “ayu”. Di halaman sekolah kuperhatikan ayu dan putri bermain......dan datanglah bundanya ayu.
Aku berkenalan seperlunya disambut bibir merah ramah kontras dengan kening putihnya. Setiap ada kabar tentang sekolah, bunda ayu selalu sms, aku berikan nomor istriku tapi dia selalu menghubungi ponselku.
Aku berusaha tidak salting ala 80an, geer ala 90an dan baper ala2000an, aku anggap bunda ayu memang ramah pada semua orang. Suatu pagi dia sedang berbicara dengan pria yang sepertinya dia hormati.
Konon bahasa tubuh tak pernah ingkar, saat bunda ayu bicara dengan teman prianya tubuhnya menghadapku dan aku tahu persis dia mencuri-curi pandang menatapku. Aku pura-pura tidak tahu dan sebelum pulang aku berikan senyuman panjang padanya.
Saat aku berbicara sebentar saja dengan bunda ayu, ibu-ibu lain langsung memandangi kami, aku bertingkah datar padahal hati berdebar.
Dibanding ibu muda lain, wajah bunda ayu biasa saja bahkan kalah cantik oleh seorang tenaga tata usaha tadi atau ibu-ibu gaul dibalik kemudi, entah dosa dihiasi keindahan...dimataku bunda ayu menarik dan menggetarkan.
Rindangnya jalan, asrinya taman, mesranya pagi plus bunda ayu tersenyum membuai hatiku serasa kembali ke masa sekolah dasar.
Saat aku kelas dua sd celingukan mencari dimana gebetanku berada, kurang ajar sekali jika aku melakukan hal yang sama sekarang.
Bunda ayu membelikan semacam tas plastik/zipper untuk putraku, aku terharu sekali (lebay 70%), kadang bunda ayu sms minta maaf jika pulang duluan tak bisa menjaga putri dan putraku.
Dulu aku menertawakan jika orang tidak menghapus sms seseorang tapi aku sekarang malah melakukannya. Kata sobatku yang wanita juga “hapus semua sms itu, bisa jadi bom waktu, ngapain coba sms ayahnya terus emang ibunya dah mati!”.
Aku bukan smart person to be disccused atau hypnotic men to be loved, aku tidak pernah ingin terlihat pintar hebat apalagi cantik ^_^ , cukup tampil seadanya, bicara seperlunya dan menghindar jika diajak bicara jorok. Sms pun kadang hanya emoticon, entahlah apa ibu-ibu muda sekarang memang ramah seperti itu?
Aku berkenalan dengan ibu muda lain yang cantik, saat aku sms tentang anak misal, responnya memang ramah tapi sewajarnya..
Sejak bunda ayu tahu aku menjemput putriku dengan sepeda, sejak itulah dia tak pernah sms lagi, aku berusaha tak rendah diri tapi tahu diri.
Aku bukanlah seorang petugas eh pimpinan partey bukan juga pedagang laris yang mampu beli nmax tunai..(lha apa hubungannya?)
Sehari...dua....tiga hari...tak ada kabar....akhirnya dia sms duluan...hatiku lega.(lebay 80%)
Bunda ayu kadang misterius, di kalangan ibu-ibupun jarang bicara, jika aku menanyakan sesuatu padanya, dia malah berbalik bertanya tentang anak-anakku.
Satu nafsu dibiarkan sejuta maksiat ingin dibebaskan.
Awalnya hanya cukup sms lalu ingin live chat alias telfon
Awalnya bicara tentang anak lalu saling memberi perhatian
“hati-hati di jalan, hati-hati naik motornya dst”
Putriku tahu nama asli bunda ayu tapi aku tak mengingat dan mencarinya di medsos
Aku malas melihat kenyataan
Bahkan biarkanlah estrogenku mendominasi daripada gejolak ini semakin menjadi
Rindu tapi buntu
Kenal tapi ngga bisa ketemu
Sepertinya tubuhku akan semakin langsing
Seminggu lalu aku terserang diare, entah karna banyak menghayal atau kurang duit (yeee)
Jika bunda ayu memang supel, apakah pada pria lain dia setiap hari sms seperti padaku?
Jika memang penolong, apakah dia membelikan anak lain kebutuhan sekolahnya?
Jika memang ramah, apakah dia menunggu putriku/putraku hanya sekedar iseng?
Mungkin hanya naluri seorang ibu yang menyukai anak kecil
Bisa jadi hanya satu gram saja dia tertarik padaku tapi satu ton masalahku kadang sirna jika membaca smsnya.
Suatu waktu ponselku berbunyi tepat disebelah putri yang sedang tertidur....aku kadang tahu pasti itu sms bidan ayu eh sapa lagi nih? bunda ayu maksudnya ^_^.
Aku seperti ditodong pertanyaan “apa yg kau cari? Bukankah putrimu sangat berharga?”
Ditolong, diperhatikan, chatting memang menyenangkan tapi sebelum bunda ayu mengendap dalam hatiku..aku tak mau sedetikpun kehilangan putriku darah dagingku.
Aku ingin bahagia dengan halal.
Hingga kini kami masih berbagi kabar, dia pernah bilang “moga istrimu ga salah paham, saya harus akrab juga dengannya, kita anggap sodaraan dst dst”
Saya jawab “Oke deh sodaraan, aku jadi adikmu, kakak cantik minta pulsa yaa?”
“wkwkwk adiknya kurang asem nech kaboor” dia jawab
Btw koq candanya kaya cowo yaa? Jangan2...ah ini kan bukan thailand
Apakah suami-suami sekarang tahu persis pm-pm istrinya?
Walau aku sering dijadikan teman curhat teman wanitaku, aku terpukul jika istriku nyaman chat dengan pria lain.
Sehelai daun tak akan jatuh jika tak diizinkan oleh Penciptanya dan akupun yakin ini hanya sekilas gambaran / movie trailler bisa saja suatu saat aku diuji lebih dahsyat.
Bersambung kl ngga mencret eh males xixixi