Awal 2004 saya mencari kosan
Rumah itu cukup luas dan bersih ada 8 kamar memanjang ke belakang. Saat itu ada beberapa mahasiswa ramah. Setelah menghubungi pemiliknya ternyata murah, saya putuskan untuk mengontrak.
Ternyata yang isi hanya tiga kamar, selebihnya kosong dan mahasiswa itu pulang setiap jumat, jadi malam sabtu,minggu dan senin saya sendiri, baguuuss. Kosan itu tidak laku karnanya sewanya murah, warga sekitar cukup tegas menindak siapa saja yang ketahuan berduaan apalagi menginap.
Kamar saya dibelakang dan didalamnya ada tangga keatas, loteng seluas 3 x 8 meter yang sudah bertahun-tahun tak diisi, ada ranjang panjang tua berdebu dan lemari. Saya ajak kawan saya untuk menemani tidur tak ada yang mau, akhirnya saya tidur saat rumah kontrakan itu sepi dengan pintu terbuka jadi bila ada “sesuatu” yang turun dari tangga saya bisa langsung lari hehe. Wajarlah agak takut kan dulu saya masih unyu-unyu ^_^.
Dua kamar diisi mahasiswa, satu kamar mahasiswi….yang terakhir sering kesurupan. Gejalanya tiba-tiba menangis sendirian di kamar.
Mata jelalatan atau tertawa itu sih sudah biasa, yang melelahkan bila diam-diam melarikan diri tengah malam dan selalu bilang “pengen ke ruang piano”, di kampusnya yang seluas rw nan rindang dan banyak bengunan belanda itu ada sebuah ruang khusus untuk paduan suara dan sebuah piano. Jika sudah seperti itu maka harus begadang mengunci pintu pagar dan mengawasi dia jangan keluar kamar. Pernah dia marah-marah karna dijaga terus, teman saya berkata “sia ti mana ku urang dilayanan/lo dari mana gua layanin?” lalu dia menjawab “hayu urang panggih di kamar sabeulah/ayo kita ketemu di kamar sebelah!”, kamar sebelah itu berisi dua kamar ada dapur dan kamar mandi gelap sudah lama tidak laku…hehe ga ada yang berani deh masuk situ.
Tapi mahasiswi itu cukup manis koq,bening, sintal, saya akrab dengannya tapi ngeri juga yaa sahabatan ma orang rada error hehehe. Kadang siang haripun kesurupan, kami tunggu berjam-jam tidak sadar juga, akhirnya kami memanggil sesepuh di rt kami, orangnya sudah tua berambut putih, kurus tapi disegani.
Saya disuruh cari daun singkong pucuknya, harus banyak, lalu daun itu ditumbuk dan dibalurkan keseluruh tubuhnya, ada saksi ditemani seorang wanita dalam kamar, tapi teman saya yang kesurupan itu bilang “ih amit-amit ga mau diobatin kaya gitu lagi” ^_^. Dan benar saja tak ampuh koq, buktinya kesurupan lagi berulang-ulang. Entah rumah kontrakan itu banyak ruang tak terpakai seperti ada tempat wudhu di samping belakang yang gelap, kawan saya sering melihat seperti ibu-ibu masuk dan menghilang ke tempat itu.
Akhirnya para mahasiswa itu lulus dan pindah….saya? sendirian pasrah.
Seorang gadis melihat-lihat, tidak tinggi, tidak putih, tidak feminim. Dia customer sevice di salah satu operator seluler nomor dua lah di negeri ini.
bersambung
Dia kini tinggal di kamar sebelah, hanya dua kamar rumah sebesar ini terisi…. aku dan dia.
Suatu waktu saya mengenalkan diri….”rizki”……”ani (nama samaran)” tanpa salaman hanya meneropong dingin di balik pintu terbuka sekitar 10 cm.
Awalnya hanya bicara seperlunya, tapi karna sering bertemu akhirnya akrab juga apalagi kita pernah belajar di satu kota yang sama.
Saya tak pernah ingin terlihat hebat dimatanya atau siapapun, karna saya karyawan biasa dari suatu perusahaan kecil atau disebut ukm, dan dia? Kantor cabangnya terlihat eksklusif dengan balutan furnitur modern minimalis dan kawan-kawannya?, rok biru diatas lutut setelan blazer hiasan kuning kontras sekali dengan betis-betis putih nan bersih. Rebonding highlighting mahkota-mahkota itu berkilau garda depan bak pagar ayu. Malu rasanya ke kantor cabang dengan 3315 isi pulsa rp. 10.000.
Sore hari kadang kita jongging bareng di danau buatan kota kami, selepasnya makan soto sembari menelusuri trotoar kota nan rindang.
Malam minggu? Karna sama-sama jomblo hehe, nyuci baju, ngorol sana-sini becanda dsb.
Rumah kos kami beratap beton seluas 4 x 10 m, sepertinya akan dibangun kamar, diatas itu kami sering bicara hingga larut malam sembari menatap bintang atau melepas beban kerja siang. Saya seperti menemukan teman sehati diantara beban rutinitas kerja yang selalu menuntut kita untuk dewasa sempurna tanpa cela. Kebiasaannya saat pulang kantor itu selalu memanggil dengan nada keras “a riskiiiiii” lucu kaya punya ponakan. Dan sayapun bisa tertawa lepas bila bersamanya saat perut saya dikelitik hhhh.
Waktu itu minyak tanah rp 2500/liter, saya sering masak, kwetiaw, spageti dan makan-makan bareng. Suatu waktu saya makan diatas tempat tidur dan dia duduk di lantai….”nawarin donk makan sendirian aja dan hup dia loncat duduk ke kasur…..(apa reaksi singa?
Entah saya polos atau mengangap dia tomboy atau dia menganggap saya cewe hehehe? Tak ada risi atau takut sama sekali, pernah dia dari kamar mandi dengan celana pendek seperti celana volley, dan saya tanya “beli dimana celana kaya gitu”, “a riski suka yaa/pengen punya maksudnya. Karna saya bocah manis yang jauh dari nafsu hewani hehe saya hanya senyum.
Kami punya banyak kesamaan, dia suka “five for fighting”,selera baju sama, simpel sporty dan dalam perantauan kesepian ^_^.
Ada teman kantornya ngebet banget ngejar dia, yang untung saya kadang kebagian makanan hehe, tapi setelah itu teman itu pindah ke kosan kami, sejak itulah saya aloneeee. Setiap sabtu saya pulang kampung, waktu itu lagi tsunami aceh, begadang aja dah ma temen-temen rumah dengan “sonar” (software buat lagu).
Tak lama kemudian saya bertemu dengan wanita dan tak berapa lama pula kami menikah.
Ani bertanya “ a kenapa bisa yakin nikah dengan orang yang belum begitu dikenal” saya jawab “saya sering ke bandung pake motor dan sering pula liat kecelakaan motor, ada yang mayatnya ditutup koran, atau kakinya patah dsb…. nah gimana kalo kita dapet musibah seperti itu, mending meninggal pas keadaan pacaran atau menikah?”
Dia pindah tugas ke luar kota sekitar 40km dari kota saya…lost kontak…
Putra pertama saya lahir, entah siapa yang memulai dan dia akan datang, dia datang sendiri dengan bis antar kota dengan sekotak hadiah, datang siang dan terus menunggu hingga saya sore hari pulang kerja.
Dia pulang sore saat hujan lebat tak diantar, tega nian yaa, ya habis gimana lagi, saat salat ashar saya berdoa “terima kasih ya Allah, bahagia ternyata diperhatikan sahabat itu”.
Pernah dia sms “ a, bisa pinjem motor? Ani ada panggilan”, perusahaannya besar cukup bergensi dan dia melamar lewat internet, lokasinya di pedesaan……pengeeeen sekali menolong bahkan saya siap cuti untuk menunggunya tapi…..i’m husband and just already have a baby.
Singkatnya dia diterima dan gajinya cukup besar, saya ikut senang mudah-mudahan betah…..tapi setelah beberapa lama dia keluar, katanya sih bos-bos besarnya agak gimana gitu ngajak karaoke dsb.
Kadang saya berkunjung ke kotanya dengan anak istri dengan accord 80, kita ketemuan di mall, makan-makan tanpa banyak bicara walau sebenernya banyak yang ingin dibicarakan karna dia masih belum akan menikah, memang ada calon dan kamipun makan bersama sang calon itu…..
Pernah saat ramadhan dia dan calonnya ke rumah saya menghadiahi kami pizza ukuran jumbo, kami tak banyak bicara.
lost kontak setahun lebih…..
lalu dia sms “ a ani mo nikah”, saya jawab “wah selamat deh, eh ketemuan yu kita ke bandung yu sekarang?” “yu siap” sahutnya. “
“ma ke bandung yu?” Tanya saya
“ayah kalo ngomong ama dia kaya yang seneng banget bisa ketawa” matanya berkaca-kaca
Bersahabat itu asyik, tapi dalam riang ada seseorang merasa tersisihkan.
Sahabatku menikah pindah ke jawa tengah mengikuti suami
Lost kontak setahun lebih…..dan janjian ketemuan pas lebaran, seperti biasa ada halangan gagal tatap muka.
Bila bersahabat dibumbui maksiat pastilah akan memalukan kedua pihak, sepertinya romantisme sesaat itu bergelora tapi tak akan bertahan lama, bila salah satu berkhianat.
Biarlah persahabatan mengalir seadanya, dan saya yakin dia akan tersenyum bila membaca tulisan ini, bahwa kita pernah tertawa, kekanak-kanakan dan tidak memanfaatkan kesepian untuk bertindak seenaknya.
Putra : “ da ta da”
Putri : “da ta da”
Bunda : “dza, lidahnya digigit”
Putra dan putri “hhhhhh”
Bersahabat dan diperhatikan sabahat memang indah, apalagi jika kata-kata yang kita ucapkan menyamankan dirinya, tapi jika permata yang jelas-jelas sudah aku miliki bisa berceceran…..melihat istri mengajarkan ngaji buah hati itulah keindahan sesungguhnya.
Sahabatku mudah-mudahan Allah memberimu kekuatan dan tak menguji di luar kemampuanmu. Saat ini mereka belum diberi buah hati, terakhir ada kabar dia dirawat di rumah sakit. Tolong jaga ya Allah karna tak ada saudara di rantau sana dan dia yatim piatu.
Rumah itu cukup luas dan bersih ada 8 kamar memanjang ke belakang. Saat itu ada beberapa mahasiswa ramah. Setelah menghubungi pemiliknya ternyata murah, saya putuskan untuk mengontrak.
Ternyata yang isi hanya tiga kamar, selebihnya kosong dan mahasiswa itu pulang setiap jumat, jadi malam sabtu,minggu dan senin saya sendiri, baguuuss. Kosan itu tidak laku karnanya sewanya murah, warga sekitar cukup tegas menindak siapa saja yang ketahuan berduaan apalagi menginap.
Kamar saya dibelakang dan didalamnya ada tangga keatas, loteng seluas 3 x 8 meter yang sudah bertahun-tahun tak diisi, ada ranjang panjang tua berdebu dan lemari. Saya ajak kawan saya untuk menemani tidur tak ada yang mau, akhirnya saya tidur saat rumah kontrakan itu sepi dengan pintu terbuka jadi bila ada “sesuatu” yang turun dari tangga saya bisa langsung lari hehe. Wajarlah agak takut kan dulu saya masih unyu-unyu ^_^.
Dua kamar diisi mahasiswa, satu kamar mahasiswi….yang terakhir sering kesurupan. Gejalanya tiba-tiba menangis sendirian di kamar.
Mata jelalatan atau tertawa itu sih sudah biasa, yang melelahkan bila diam-diam melarikan diri tengah malam dan selalu bilang “pengen ke ruang piano”, di kampusnya yang seluas rw nan rindang dan banyak bengunan belanda itu ada sebuah ruang khusus untuk paduan suara dan sebuah piano. Jika sudah seperti itu maka harus begadang mengunci pintu pagar dan mengawasi dia jangan keluar kamar. Pernah dia marah-marah karna dijaga terus, teman saya berkata “sia ti mana ku urang dilayanan/lo dari mana gua layanin?” lalu dia menjawab “hayu urang panggih di kamar sabeulah/ayo kita ketemu di kamar sebelah!”, kamar sebelah itu berisi dua kamar ada dapur dan kamar mandi gelap sudah lama tidak laku…hehe ga ada yang berani deh masuk situ.
Tapi mahasiswi itu cukup manis koq,bening, sintal, saya akrab dengannya tapi ngeri juga yaa sahabatan ma orang rada error hehehe. Kadang siang haripun kesurupan, kami tunggu berjam-jam tidak sadar juga, akhirnya kami memanggil sesepuh di rt kami, orangnya sudah tua berambut putih, kurus tapi disegani.
Saya disuruh cari daun singkong pucuknya, harus banyak, lalu daun itu ditumbuk dan dibalurkan keseluruh tubuhnya, ada saksi ditemani seorang wanita dalam kamar, tapi teman saya yang kesurupan itu bilang “ih amit-amit ga mau diobatin kaya gitu lagi” ^_^. Dan benar saja tak ampuh koq, buktinya kesurupan lagi berulang-ulang. Entah rumah kontrakan itu banyak ruang tak terpakai seperti ada tempat wudhu di samping belakang yang gelap, kawan saya sering melihat seperti ibu-ibu masuk dan menghilang ke tempat itu.
Akhirnya para mahasiswa itu lulus dan pindah….saya? sendirian pasrah.
Seorang gadis melihat-lihat, tidak tinggi, tidak putih, tidak feminim. Dia customer sevice di salah satu operator seluler nomor dua lah di negeri ini.
bersambung
Dia kini tinggal di kamar sebelah, hanya dua kamar rumah sebesar ini terisi…. aku dan dia.
Suatu waktu saya mengenalkan diri….”rizki”……”ani (nama samaran)” tanpa salaman hanya meneropong dingin di balik pintu terbuka sekitar 10 cm.
Awalnya hanya bicara seperlunya, tapi karna sering bertemu akhirnya akrab juga apalagi kita pernah belajar di satu kota yang sama.
Saya tak pernah ingin terlihat hebat dimatanya atau siapapun, karna saya karyawan biasa dari suatu perusahaan kecil atau disebut ukm, dan dia? Kantor cabangnya terlihat eksklusif dengan balutan furnitur modern minimalis dan kawan-kawannya?, rok biru diatas lutut setelan blazer hiasan kuning kontras sekali dengan betis-betis putih nan bersih. Rebonding highlighting mahkota-mahkota itu berkilau garda depan bak pagar ayu. Malu rasanya ke kantor cabang dengan 3315 isi pulsa rp. 10.000.
Sore hari kadang kita jongging bareng di danau buatan kota kami, selepasnya makan soto sembari menelusuri trotoar kota nan rindang.
Malam minggu? Karna sama-sama jomblo hehe, nyuci baju, ngorol sana-sini becanda dsb.
Rumah kos kami beratap beton seluas 4 x 10 m, sepertinya akan dibangun kamar, diatas itu kami sering bicara hingga larut malam sembari menatap bintang atau melepas beban kerja siang. Saya seperti menemukan teman sehati diantara beban rutinitas kerja yang selalu menuntut kita untuk dewasa sempurna tanpa cela. Kebiasaannya saat pulang kantor itu selalu memanggil dengan nada keras “a riskiiiiii” lucu kaya punya ponakan. Dan sayapun bisa tertawa lepas bila bersamanya saat perut saya dikelitik hhhh.
Waktu itu minyak tanah rp 2500/liter, saya sering masak, kwetiaw, spageti dan makan-makan bareng. Suatu waktu saya makan diatas tempat tidur dan dia duduk di lantai….”nawarin donk makan sendirian aja dan hup dia loncat duduk ke kasur…..(apa reaksi singa?
Entah saya polos atau mengangap dia tomboy atau dia menganggap saya cewe hehehe? Tak ada risi atau takut sama sekali, pernah dia dari kamar mandi dengan celana pendek seperti celana volley, dan saya tanya “beli dimana celana kaya gitu”, “a riski suka yaa/pengen punya maksudnya. Karna saya bocah manis yang jauh dari nafsu hewani hehe saya hanya senyum.
Kami punya banyak kesamaan, dia suka “five for fighting”,selera baju sama, simpel sporty dan dalam perantauan kesepian ^_^.
Ada teman kantornya ngebet banget ngejar dia, yang untung saya kadang kebagian makanan hehe, tapi setelah itu teman itu pindah ke kosan kami, sejak itulah saya aloneeee. Setiap sabtu saya pulang kampung, waktu itu lagi tsunami aceh, begadang aja dah ma temen-temen rumah dengan “sonar” (software buat lagu).
Tak lama kemudian saya bertemu dengan wanita dan tak berapa lama pula kami menikah.
Ani bertanya “ a kenapa bisa yakin nikah dengan orang yang belum begitu dikenal” saya jawab “saya sering ke bandung pake motor dan sering pula liat kecelakaan motor, ada yang mayatnya ditutup koran, atau kakinya patah dsb…. nah gimana kalo kita dapet musibah seperti itu, mending meninggal pas keadaan pacaran atau menikah?”
Dia pindah tugas ke luar kota sekitar 40km dari kota saya…lost kontak…
Putra pertama saya lahir, entah siapa yang memulai dan dia akan datang, dia datang sendiri dengan bis antar kota dengan sekotak hadiah, datang siang dan terus menunggu hingga saya sore hari pulang kerja.
Dia pulang sore saat hujan lebat tak diantar, tega nian yaa, ya habis gimana lagi, saat salat ashar saya berdoa “terima kasih ya Allah, bahagia ternyata diperhatikan sahabat itu”.
Pernah dia sms “ a, bisa pinjem motor? Ani ada panggilan”, perusahaannya besar cukup bergensi dan dia melamar lewat internet, lokasinya di pedesaan……pengeeeen sekali menolong bahkan saya siap cuti untuk menunggunya tapi…..i’m husband and just already have a baby.
Singkatnya dia diterima dan gajinya cukup besar, saya ikut senang mudah-mudahan betah…..tapi setelah beberapa lama dia keluar, katanya sih bos-bos besarnya agak gimana gitu ngajak karaoke dsb.
Kadang saya berkunjung ke kotanya dengan anak istri dengan accord 80, kita ketemuan di mall, makan-makan tanpa banyak bicara walau sebenernya banyak yang ingin dibicarakan karna dia masih belum akan menikah, memang ada calon dan kamipun makan bersama sang calon itu…..
Pernah saat ramadhan dia dan calonnya ke rumah saya menghadiahi kami pizza ukuran jumbo, kami tak banyak bicara.
lost kontak setahun lebih…..
lalu dia sms “ a ani mo nikah”, saya jawab “wah selamat deh, eh ketemuan yu kita ke bandung yu sekarang?” “yu siap” sahutnya. “
“ma ke bandung yu?” Tanya saya
“ayah kalo ngomong ama dia kaya yang seneng banget bisa ketawa” matanya berkaca-kaca
Bersahabat itu asyik, tapi dalam riang ada seseorang merasa tersisihkan.
Sahabatku menikah pindah ke jawa tengah mengikuti suami
Lost kontak setahun lebih…..dan janjian ketemuan pas lebaran, seperti biasa ada halangan gagal tatap muka.
Bila bersahabat dibumbui maksiat pastilah akan memalukan kedua pihak, sepertinya romantisme sesaat itu bergelora tapi tak akan bertahan lama, bila salah satu berkhianat.
Biarlah persahabatan mengalir seadanya, dan saya yakin dia akan tersenyum bila membaca tulisan ini, bahwa kita pernah tertawa, kekanak-kanakan dan tidak memanfaatkan kesepian untuk bertindak seenaknya.
Putra : “ da ta da”
Putri : “da ta da”
Bunda : “dza, lidahnya digigit”
Putra dan putri “hhhhhh”
Bersahabat dan diperhatikan sabahat memang indah, apalagi jika kata-kata yang kita ucapkan menyamankan dirinya, tapi jika permata yang jelas-jelas sudah aku miliki bisa berceceran…..melihat istri mengajarkan ngaji buah hati itulah keindahan sesungguhnya.
Sahabatku mudah-mudahan Allah memberimu kekuatan dan tak menguji di luar kemampuanmu. Saat ini mereka belum diberi buah hati, terakhir ada kabar dia dirawat di rumah sakit. Tolong jaga ya Allah karna tak ada saudara di rantau sana dan dia yatim piatu.